Ke Mana Arahnya Geowisata?
Tuesday, February 19, 2008
GUNUNG KIDUL - Judul di atas selalu diapung para pemerhati dan pecinta gua-gua bersejarah di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka tak pernah keberatan bila gua bersejarah didorong ke depan sebagai objek wisata, terutama untuk wisata minat khusus. Namun para pemerhati tadi akan protes bila pengembangan gua tak punya arah dan perencanaan yang jelas serta transparan.
”Wisata gua di daerah Gunung Kidul sebenarnya belum banyak dikembangkan, sebab objek wisata alam andalan daerah ini saat ini adalah wisata pantai,” ungkap Tjahjono Prasodjo dari Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Meski masih lambat, beberapa pihak sudah ancang-ancang untuk menggarap potensi ini. ”Bahkan, sudah ada beberapa gua yang sudah ditata untuk dijadikan daerah tujuan wisata,” tambah Tjahjono. Sebagai contoh, ia menyebut Gua Paesan. Gua yang ada di Kecamatan Ponjong itu sudah ”dipermak” untuk menyambut wisatawan.
Sayang maksud hati ingin mempercantik diri tapi apa daya malah salah langkah. Pengembangan fisik Gua Paesan dapat kritik dari Tjahjono. ”Pengembangan fisik gua ini tidak mempertimbangkan kondisi alamiah gua. Jalan masuk yang dibuat dan tangga dari bangunan semen itu menyalahi karena menempel langsung di atas batuan gua,” papar peneliti arkeologi ini.
Kritik lain juga dialamatkan Tjahjono terhadap gua Rancang Kencono di desa Bleberan, Kecamatan Playen. Gua ini merupakan gua yang secara morfologis sangat berpotensi sebagai gua hunian di masa lalu. Pada bagian ujung belakang dibangun sebuah altar pertapaan. Selain itu, beberapa kali gua ini dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar sinetron aksi, sehingga beberapa bagian dinding gua digambari jurus-jurus silat.
Sebetulnya, pihak Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Gunung Kidul sudah punya rencana arahan pengembangan potensi geowisata. ”Kami sudah membuat kerangka dasar perwilayahan objek geowisata dari hasil-hasil analisis potensi geowisata eksokarst-endokarst,” ujar Sunarto Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Gunung Kidul.
Kerangka dasar itu bisa dilihat pada pembagian zonasi potensi geowisata. Pembagian ini dilakukan atas dasar pertimbangan jenis objek alam, regionalisasi objek geowisata dan aksesibilitas.
Dari hasil analisis, ada tiga zona geowisata: zona geowisata karst Perbukitan Seribu Bagian Barat, zona geowisata karst bagian tengah dan zona geowisata bagian timur. Tiap-tiap zona dibagi lagi menjadi objek wisata gua, objek wisata bukit karst, objek wisata lembah karst dan objek wisata pantai. Lokasi-lokasi yang potensi itu pun dimasukkan dalam klasifikasi tadi. ”Dari sini akan ketahuan prioritas kelompok pantai, kelompok bukit karst dan kelompok lembah sebagai geowisata eksokarst dan gua serta sungai bawah tanah sebagai geowisata endokarst,” tutup Sunarto.
(bay) SINAR HARAPAN.CO.ID
1 comments:
Great blogg post
Post a Comment